Sabtu, 06 Maret 2010

Impian dan harapan

Aku tidak mau mau berpusing-pusing tentang hal-hal yang belum terjadi. Keadaan bathin yang kumiliki membuat aku dapat menikmati hidup. Kehidupan menjadi indah karena apa yang dihatinya senantiasa baru. Kebanyakan dari kita tidak mau hidup seperti itu.


Kita tergantung kepada hal-hal lalu, terikat kepada hal-hal lalu, terikat kepada hal-hal yang akan datang, seperti yang kita harap-harapkan. Kita terluka parah oleh masa lalu dan kita terbuai oleh masa depan yang kita namakan cita-cita. Karena terluka oleh masa lalu, dan selalu mengingat-ingat masa lalu, maka wajah kita menjadi selalu muram seolah-olah diliputi awan gelap.


Dan karena kita selalu mengejar-ngejar cita-cita atau kita namakan pula kemajuan yang hanyalah keinginan yang diharapkan akan akan menjadi masa depan, keinginan akan suatu keadaan yang lebih menyenangkan, maka hidup terombang-ambing antara masa lalu dan masa depan sehingga kita lupa bahwa Hidup adalah sekarang dan saat ini.


Hidup adalah saat demi saat. Yang lalu sudah mati, tak perlu diingat-ingat lagi, walaupun dari pengalaman masa lalu dapat membuat kita lebih waspada dalam menghadapi segala peristiwa hidup. Masa depan adalah khayalan. Lebih baik bekerja keras daripada melamunkan masa depan yang baik. Suatu keadaan yang lebih baik tidak hanya dapat terjadi karena direncanakan atau dilamunkan, melainkan Bekerja dan bekerja sekarang ini.


Hidup adalah sekarang ini. Bahagia adalah sekarang ini. Kalau dipikirkan kita berhenti berceloteh, berhenti mengoceh mengenai kenangan masa lalu dan harapan masa depan, maka bathin kita menjadi waspada sekarang terhadap saat ini, yaitu terhadap hidup ini.

cinta itu melupakan!!!

'Mengapa engkau selalu mengungkit-ungkit kesalahanku di masa lalu?' tanya sang Lelaki kepada kekasihnya. 'Kupikir, kau telah melupakannya!'

'Memang aku sudah mengampuni dan melupakannya!' jawab sang gadis kepada kekasihnya. 'Tetapi aku ingin meyakinkanmu, agar engkau tidak lupa bahwa aku sudah mengampuni dan melupakannya.'

Sebuah wawancara:

Seseorang:

'Jangan ingat lagi akan dosa-dosaku, ya Tuhan!'

Tuhan:

'Dosa? Dosa apa? Engkau harus menyegarkan ingatanku. Aku sudah melupakannya berabad-abad yang lalu.'

Cinta itu tidak mengingat-ingat kesalahan.


( A de Mello )