Sabtu, 07 November 2009

MENGAPA SAYA ALERGI TERHADAP PERUBAHAN?

Masih ingat mode celana cutbray tahun 70-an? Potongan bagian atas sempit dan

ngepas, tapi sebelah bawah bentuknya lebar seperti payung terbuka setengah. Menjuntai melewati telapak kaki, lengkap dengan sepatu berhak tinggi besar. Jika orang berjalan, celana panjangnya ikut menyapu-nyapu lantai. Kemeja sempit, lengan digulung setengah.

Setelah celana cutbray menghilang, kemudian muncul gaya celana panjang super ketat membungkus tungkai. Orang-orang tidak pusing apakah tungkainya kurus atau lebar dan besar, semua tetap asyik memakai celana stritch yang praktis. Namun sekarang nampaknya orang kembali suka dan sering memakai celana dengan gaya cutbray itu.

Begitulah mode terus berubah, mode menjadi cermin perubahan. Ada keleluasaan dalam berekspresi dan mewujudkan gaya. Meskipun gaya seni kemudian menimbulkan berbagai tanggapan dan argumen. Yang jelas, gaya membentuk citra mode untuk menandai zaman. Sehingga orang yang memakai baju model tahun 80-an, bisa membuat orang yang melihatnya segera berkomentar, ” sst..., tuuh..orang kuno amat ! ”.

Jika kita berhenti sejenak dan melihat keadaan di sekeliling. Ternyata semua hal berubah, semua masalah makin berkembang. Zaman berubah, pemikiran berubah, sistem berubah, teknologi berubah, hiburan berubah, gaya berubah. Selama bumi masih berputar, maka perubahan tetap terjadi. Yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri.

Lalu, Mengapa Kita Merasa ALERGI Terhadap PERUBAHAN?

PENYEBAB :
1. Merasa Aman dan Nyaman dengan Hal-Hal RUTIN.

Kita pasti setuju kalau sepatu lama itu enak dipakai. Meski modelnya bagus, tapi sepatu baru biasanya ’menggigit’. Kaki bisa lecet dibuatnya. Jadi jika disuruh memilih, kita tentu suka dengan sepatu yang lama. Kulit sepatunya sudah lembut dan kaki kita pun sudah terbiasa dengan sepatu itu. Apalagi jika harus berjalan jauh dengan jalanan berbatu-batu yang sulit. Rasanya bisa membuat kita benar-benar minta ampun.

Sepatu lama itu bisa merupakan simbol dari kebiasaan kita, konsep pemikiran dan paradigma kita, bahkan pekerjaan atau lingkungan kita. Tapi seperti sepatu lama yang suatu ketika rusak dan perlu diganti yang baru, demikan dengan keadaan kita. Jika tetap merasa aman dan nyaman dengan rutinitas, suatu ketika kita akan kadaluwarsa.

2. Takut Mendapat TANTANGAN Baru.
Nasruddin Hoja kehilangan sekeping uang koin. Dengan kebingungan ia nampak mencari-cari kesana kemari. Ia memeriksa setiap jengkal tanah di halaman rumahnya. Akhirnya tiga jam berlalu dan ia belum juga menemukan koin tersebut.

Seorang tetangganya merasa prihatin dan bertanya pada Nasruddin apa yang sedang dicarinya. ” Aku mencari uang koinku yang hilang,” jawab Nasruddin. Sang tetangga kembali bertanya pada Nasruddin, ” Dimana uangmu jatuh ? ”. Sambil terus mengais-ngais tanah dihalaman, Nasruddin berkata, ” Tadi koinku jatuh di dalam rumah, tapi karena di dalam gelap maka kucari di tempat yang terang.”

Orang yang alergi perubahan sebenarnya adalah orang yang tidak percaya diri. Mentalnya tidak siap dengan tantangan yang harus dihadapi. Sehingga ia menipu diri sendiri dengan menganggap situasilah yang seharusnya mengikuti keinginannya.

3. Tidak Siap MENYESUAIKAN DIRI.


Jeremy Q.Lyons adalah direktur perusahaan pembuat mesin ketik West Coast. Pada awalnya West Coast dikenal sebagai perusahaan yang menguasai sebagian besar pasar nasional di Amerika. Namun dengan pengoperasian komputer dimana-mana, penjualan mesin ketik perlahan-lahan menurun.

Lyons yang dikenal tidak mudah menerima perubahan, bersikeras untuk terus memproduksi mesin ketik, penjualan merosot jauh hingga perusahaan tersebut akhirnya bangkrut. Jika tidak siap mengantisipasi perubahan dan mengadakan usaha pengembangan yang dibutuhkan, maka kita akan mudah tereliminasi.

SOLUSI :


1. Menyadari Kehidupan adalah PERUBAHAN.


Kisah puteri Salju sangat terkenal. Ibu tirinya seorang ratu yang jahat dan tidak ingin kecantikannya tersaingi. Tiap hari ratu bertanya pada cermin ajaib siapakah wanita tercantik di negerinya. Cermin ajaib selalu menjawab,“ Tentu saja sang ratu.”

Waktu terus berlalu, puteri Salju bertumbuh menjadi puteri yang sangat cantik. Hingga suatu ketika, cermin ajaib menjawab, “ Sang ratu adalah wanita yang cantik, tapi puteri Salju jauh lebih cantik.” Ratu menjadi iri lalu ingin membunuh puteri salju. Akhir cerita bisa di tebak.

Puteri Salju luput dari bahaya dan hidup bahagia dengan pangeran yang mencintainya. Sedangkan ratu yang jahat mendapat hukuman. Berbagai kesibukan dan rutinitas sehari-hari sering membuat kita tidak menyadari keadaan di sekitar kita yang terus berubah. Sekali-sekali kita perlu melakukan evaluasi dan retrear atau tinjauan ulang, agar menyadari perubahan-perubahan yang terjadi.

2. Mengenali PELUANG dalam Perubahan.


Seorang mantan eksekutif Group Bakrie memiliki pengalaman menarik dalam mengenali peluang. Setelah melewatkan 25 tahun berkarier di kelompok usaha Bakrie, ia memutuskan mengundurkan diri dan berwirausaha. Dalam situasi krisis ekonomi, ia kemudian sukses merintis perusahaan jasa konsultasi manajemen dan keuangan.


Cara pandang kita atas perubahan akan mempengaruhi apakah kita mendapat benefit atau justru menderita kerugian. Kita pasti sukses jika sanggup mengenali peluang-peluang baru dalam setiap perubahan.

3. Menikmati IRAMA Perubahan.
Apa yang terjadi jika orang menyanyi keroncong dengan iringan musik jazz ? Pasti kacau. Begitu pula dengan perubahan. Pasti kacau jika kita gagal mengikuti dinamika perubahan yang terjadi dan menyesuaikannya dengan tindakan dan keputusan kita.


Dinamika perubahan mengalir bagaikan irama musik. Perlu kepekaan dan visi yang tajam untuk membuat antisipasi yang tepat. Kita akan sukses dan menjadi pemenang jika kita dapat menikmati setiap perubahan yang terjadi dengan sikap antusias.

KATA-KATA BIJAK

Dinamika perubahan adalah cermin realitas kehidupan yang perlu diantisipasi dengan ketajaman visi dan kepekaan sikap yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar